A. Tugas Guru dalam Profesi
Kata guru sering
diartikan dengan “digugu dan ditiru”, pada umunya menunjukan bahwa peran serta
kedudukan guru adalah sangat penting dalam masyarakat dan tugas guru sebagai
profesi meliputi :
1.
Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan
nilai – nilai hidup.
2.
Mengajar berarti mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
3.
Melatih berarti mengembangkan
ketrampilan – ketrampilan pada siswa.
Sedangkan
WF Connell (1972) membedakan tujuh peran seorang guru yaitu:
(1)
pendidik (nurturer),
(2) model,
(3) pengajar dan
pembimbing,
(4)
pelajar (learner),
(5) komunikator
terhadap masyarakat setempat,
(6) pekerja
administrasi, serta
(7) kesetiaan
terhadap lembaga.
Menurut Yuska
Burhanuddin (2003:129) pada masa lampau tugas guru hanya mengajar yaitu
menyampaikan pelajaran dari buku kepada murid, member tugas dan memeriksannya,
namun dewasa ini kewajiban / tugas guru semakin berkembang dalam banyak hal
pekerjaannya berhubungan erat dengan pekerjaan seorang pengawas, kepala
sekolah, pegawai tata usaha.
Dalam
pelaksanaan tugasnya seorang guru tergantung pada tipe kepemimpinan sekolah.
Apabila guru mendaptkan seorang pemimpin sekolah tipe otoriter, maka ia hanya
melaksanakan hal – hal yang diperintahkan kepadanya, tanpa harus bertanggung
jawab karena ia menjalankan pekerjaan atas perintah kepala sekolah.
Apabila kepala
sekolah bertipe pemimpin masa bodoh (laissez
faire), maka guru akan menjadi penaggung jawab penuh dalam melaksanakan
administrasi pendidikan di dalam kelas. Ia dapat berbuat bebas menurut
keahlian, ketrampilan serta kepandaian sendiri dan bertindak sebagai pemimpin
di dalam kelasnya. Hasil usaha bergantung sepenuhnya kepadanya.
Apabila kepala
sekolah bertipe demokratis, ia adalah pemimpin kelas yang ikut bertanggung
jawab terhadap terlaksananya adminitrasi pendidikan di seluruh sekolah ia
mempunyai tanggung jawab yang lebih luas, karena diberi kesempatan yang lebih
luas dalam adminitrasi pendidikan seluruhnya. Hubungan guru dengan Organisasi
Profesinya :
a. Guru
menjadi anggota aorganisasi profesi guru dan berperan serta secara aktif dalam
melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan kependidikan.
b. Guru memantapkan dan memajukan organisasi
profesi guru yang memberikan manfaat bagi kepentingan kependidikan
c. Guru
aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi pusat informasi dan
komunikasi pendidikan untuk kepentingan guru dan masyarakat.
d. Guru
menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan
tugas-tugas organisasi profesi dan bertanggungjawab atas konsekuensinya.
e. Guru
menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk tanggungjawab,
inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional
lainnya.
f. Guru
tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang dapat merendahkan
martabat dan eksistensis organisasi profesinya.
g. Guru
tidak boleh mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu untuk memperoleh
keuntungan pribadi dari organisasi profesinya.
h. Guru
tidak boleh menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai organisasi profesi tanpa
alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam tugasnya
seorang guru/ pengajar mempunyai konsekuensi peran – peran tertentu dalam
manajemen sekolah antara lain:
1. Peran
guru dalam manajement kelas
Perilaku siswa
dalam belajar dan proses pembelajaran sangat penting, namun tidak kalah penting
bahkan lebih penting adalah bagimana guru dapat mengelola kelas secara efektif
dan efisien, antara lain bagi penciptaaan metode untuk memfasilitasi siswa agar
berperilaku positif dan berprestasi tinggi.
Sekolah sebagai
organisasi kerja terdiri dari beberapa kelas, baik yang bersifat parallel
maupun yang menunjukkan perjenjangan. Oleh karena itu setiap guru atau wali
kelas sebagai pimpinan menengah atau administrator kelas, menempati posisi dan
peranan yang penting. Karena memiliki tanggung jawab mengembangkan dan
memajukan kelas masing-masing yang berpengaruh dan perkembangan dan kemajuan
sekolah secara keseluruhan. Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks.
Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan
bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang
dirumuskan. Dalam prosesnya aktivitas yang menonjol dalam pengajaran ada pada
siswa. Namun demikian bukanlah berarti peran guru tersisihkan; melainkan diubah.
Guru berperan bukan sebagai penyampai informasi, tetapi bertindak sebagai
director dan facilitator of learning – pengarah dan pemberi fasilitas untuk
terjadinya proses belajar
Dalam
pelaksanaan selalu ada tahap – tahap pengurusan, pencatatan dan penyimpanan
dokumen. Pengurusan akan mudah dan lancar apabila di dalam perencanaan dan
pengorganisasian cukup mantap. Pemantapan kedua kegiatan tersebut ditunjang
adanya data yang lengkap teruji kebenarannya. Sedangkan pencatatan perlu
dilaksanakan secara kontinyu dan tetap waktunya sehingga memudahkan pengawasan
serta pengumpulan dokumen. Pengumpulan dokumen yang tertib dan teratur akan
melancarkan pencarian data dan memantapkan pembuatan rencana.Fungsi pengelolaan
kelas tidak terlepas dari menciptakan kondisi kelas untuk tercapainya tujuan
pendidikan dan pengajaran, atau dengan kata lain untuk mengoptimalkan komponen
– komponen dalam kelas, berupa ketatalaksanan, aturan-aturan yang menentukan
terjadinya proses belajar mengajar. Secara ringkas dari riset pada tahun
1980-an hingga 1990-an faktor mayor (major
factor) atau area ketrampilan terpaut dengan manajement kelas yang efektif
meliputi :
a. Pengembangan
solidaritas pemahaman personal atau psikologis siswa dan kebutuhan – kebutuhan
belajar.
b. Pemapanan
hubungan positif antara guru dan siswa dan serta antara siswa untuk membantu
menemukan kebutuhan dasar psiklogis siswa.
c. Pengimplementasian
metodelogi pengajaran yang memfasilitasi belajar optimal dan jalan memberikan
respon kebutuhan – kebutuhan akademik siswa dan kelompok.
d. Penggunaan
metode organisasi dan pengelolaan kelompok yang dapat memaksimalkan perilaku
tugas (on task behavior) siswa.
e. Penggunaan
metode – metode konseling dan penataan perilaku yang diperluas untuk membantu
siswa yang tidak tepat dalam menjawab soal – soal ujian atau mengalami
misperilaku.
Dalam mudah bagi guru untuk mengimplementasiakan
berbagai tuntutan yang ada dengan metode yang benar – benar mengakar
kemungkinan mereka mengimplementasikan rekomenasi yang ada secara selektif
dengan mempertimbangkan kondisi rill gaya mengajar, tujuan belajar, kebutuhan
siswa dan aneka variable kontekstual lainnya karena tidak semua hasil penelitian
dalam bidang pendidikan dan kesosialan ditransfer dalam setiap situasi.
Bila guru ingin tampil efektif maka harus
diperhatikan seperti meragsang diri untuk memahami variable kontekstual yang
diduga berpengaruh terhadap efektivitas perubahan mengajar seperti tujuan
pengajaran, usia anak, masalah gender tingkat sosial ekonomi, budaya dan
tingkat sosial ekonomi.
Kinerja manajemen kelas yang efektif tercermin dari bentuk keberhasilan guru dalam
mengkreasi lingkungan belajar secara positif dan memberdayakan siswa untuk
memahami dan menjadikan efektif dalam melibatkan diri pada proses pengelolaan
kelas dan proses pembelajaran.
Yang menjadi fokus kerja manajement kelas meliputi :
a. Perhatian
yang lebih besar pada aspek pendidikan multicultural dan isu – isu jender.
b. Pengembangan
fokus kea rah pencerahan kebutuhan siswa, gaya belajar, kultur pembelajarn, dan
metode pengelolaan perilaku yang digunakan di kelas.
c. Pengembangan
fokus kearah keterlibatan siswa secara aktif dalam memahami dan mengambil
tanggung jawab bagi lingkungan belajarnya dan untuk mendemonstrasikan perilaku
positif.
d. Pengembangan
studi kasus mengenai bagaimana menciptakan sosok manajemen kelas yang efektif /
bagiamana menimba pengalaman dari kinerja yang baik dan peran ditampilkan.
e. Perluas
rencana – rencana baru dalam kerangka membangun manajement kelas yang efektif,
serta penentuan strategi proses dan metode yang akurat untuk
mengimplementasikannya.
f. Gagasan
baru mengenai cara guru bekerja untuk memecahkan masalah – masalah kepribadian
khusus yang dialami oleh siswa dalam kesulurhan mainstreams kehidupan untuk dimanipulasi menjadi potensi kondusif
di dalam dan dilingkungan kelas.
2. Peran
guru sebagai manajer kelas.
Dari hasil
survey mengenai keefektifan guru melaporkan bahwa keterampilan manajemen kelas
menduduki posisi primer dan menentukan keberhasilan proses pembelajaran yang
diukur dari efektifitas proses belajar siswa atau peringkat yang dicapainya.
Dengan demikian, keterampilan manajemen kelas sangat krusial dan fundamental
dalam mendukung proses pembelajaran. Guru-guru yang rendah keterampilannya
dalam bidang manajemen kelas, barangkali tidak dapat menyelesaikan banyak hal
yang menjadi tugas pokoknya. Ada penelitian yang menunjukan bahwa yang
mendekati manajemen kelas sebagai proses pemapanan dan pemeliharaan lingkungan
belajar efektif cenderung lebih sukses daripada guru-guru yang memposisikan
atau memerankan diri sebagai figure otoritas. Kinerja manajemen kelas yang
efektif memungkinkan lahirnya roda penggerak bagi penciptaan pemahaman diri, evaluasi
diri, dan internalisasi control diri pada kalangan siswa.
3. Tugas
guru dalam manajemen perilaku siswa
Dalam keseharian
tugas dinasnya bahwa siswa paling banyak berhubungan dengan guru dan demikian
juga sebaliknya merupakan perwajahan sekolah yang dapat dilihat dengan mata
telanjang. Dalam tugas kesehariannya, guru berhadapan dengan siswa yang tinggi,
sedang, atau rendah prestai akademiknya. Dia pun berhadapan dengan siswa yang
baik-baik dan santun, arogan, cuek, pengganggu, bahkan siswa yang pernah melakukan
tindakan kriminal. Juga siswa yang kuat, sedang, lemah fisiknya. Dan juga
keragaman itu dilihat dari perspektif sosial, ekonomi, agama, dan sebagainya.
Siswa yang
cenderung bermasalah biasanya menjadi beban tambahan sekaligus sumber
kepedulian utama bagi guru. Bahkan siswa yang bermasalah ini makin menjadi
pusat kepedulian utama para guru, administrator, orangtua, bahkan publik.
Tetapi kondisi yang anak yang seperti itu akan menjadi peluang bagi guru untuk
mengelola kelasnya secara efektif bagi penciptaan faktor yang mempengaruhi
motivasi, prestasi, dan perilaku siswa.
Keadaan negatif
yang dirasakan guru ini benar-benar terasa mengganggu mereka. Faktor yang
menyebabkan siswa cenderung berperilaku buruk, antara lain : faktor sosial,
ekonomi, kurtural, agama, jenis kelamin, ras, tempat tinggal, pebedaan potensi
kognitif, kesehatan, dan lain-lain. Ada tantangan serius bagi sekolah untuk
menciptakan iklim yang kondusif. Pertama, memperkuat kinerja dan misi akademik
sekolah, kedua, menetapakan tata aturan dan prosedur disiplin yang jelas dan
standar, serta mengikat semua anak didik. Ketiga, melembagakan dan member
keteladanan mengenai norma-norma etik yang menjadi pemandu hubungan antar
subyek di lingkungan sekolah.
B. Peran Guru dalam Pengadministrasian
Guru merupakan salah satu komponen dalam sistem
pendidikan yang memiliki peran yang sangat besar dalam pencapaian tujuan
pendidikan. Peran guru bukanlah hanya sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan
kepada peserta didik. Namun jika dilihat secara luas dalam teori dan praksis
pendidikan, guru juga berperan sebagai administrator pendidikan. Menurut Oteng
Sutrisna (1986), (dalam Abin Syamsudin DAN Nandang Budiman, 2005 : 2.5),
administrasi adalah suatu kegiatan atau usaha untuk membantu melayani,
mengarahkan, atau mengatur semua kegiatan dalam mencapai suatu tujuan.
Administrasi pendidikan adalah segenap proses pengerahan pendelegasian segala
sesuatu baik personal, spiritual, maupun material yang bersangkuta paut dengan
pencapaian tujuan pendidikan.
Jika seorang guru mampu melaksanakan segala tugasnya
dalam pendidikan, dapat dikatakan guru tersebut mampu memenuhi tuntutan
profesionalisme seorang guru. Profesionalisme yang dimaksud disini adalah sikap
profesional. Orang yang profesional memiliki sikap-sikap yang berbeda dengan
orang yang tidak profesional meskipun dalam pekerjaan yang sama atau berada
dalam satu ruang kerja (Sudarwan Danim, 2002 : 23)
Dalam hubungannya dengan kegiatan
pengadministrasian, seorang
guru dapat berperan sebagai berikut :
1. Pengambil
insiatif, pengarah dan penilai kegiatan pendidikan.
2. Wakil
masyarakat, yang berarti menjadi anggotaa maasyarakat dalam lingkungaan
sekolah, seorang guru harus bersikap baik.
3. Ahli
dalam bidang mata pelajaran. Guru memiliki tanggung jawab untuk mewariskan
kebudayaan kepada generasi muda yang berupa pengetahuan.
4. Penegak
disiplin, guru haarus selalu menjaga agar tercapai suatu suasana yang disiplin.
5. Pelaksana
administrasi pendidikan, disamping menjadi pengajar, guru juga bertanggung
jawab akan kelancaran pendidikan dan kegiatan administrasi.
6. Pemimpin
generaasi muda untuk menjadi anggota masyarakat yang dewasa.
7. Penerjemah
segala perkembangan dunia pada masyarakat, khususnya tentang masalah
pendidikan.
C. Peran Guru Sebagai Pribadi
Sebagai
dirinya sendiri guru harus berperan sebagai :
1. Petugas
sosial, yaitu seorang yang harus membantu untuk kepentingan masyarakat. Dalam
kegiatan-kegiatan masyarakat guru senantiasa merupakan petugas-petugas yang
dapat dipercaya untuk berpartisipasi didalamnya.
2. Pelajar
dan ilmuwan, yaitu senantiasa terus menerus menuntut ilmu pengetahuan. Dengan
berbagai cara setiap saat guru senantiasa belajar untuk mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan.
3. Orang
tua, yaitu mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan anaknya.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan setelah keluarga, sehingga dalam arti luas
sekolah merupakan keluarga, guru berperan sebagai orang tua bagi siswanya.
4. Teladan,
yaitu yang senantiasa mencarikan teladan yang baik untuk siswa. Guru menjadi
ukuran bagi norma-norma tingkah laku.
5. Pengaman,
yaitu yang senantiasa mencarikan rasa aman bagi siswa. Guru menjadi tempat
berlindung bagi siswa untuk memperoleh rasa aman dan puas di dalamnya.
D. Peran Guru Secara Psikologis
Guru
juga mempunyai peran secara psikologis, khususnya psikologis pendidikan dan
perkembangan siswa. Peran – peran tersebut antara lain :
1. Ahli
psikologi pendidikan, artinya guru merupakan seorang yang memahami psikologi
pendidikan dan mampu mengamalkannya dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pendidik.
2. Relationship,
artinya guru adalah orang yang memiliki kemampuan menciptakan suasana hubungan
antar manusia, khususnya dengan para peserta didik sehingga dapat mencapai
tujuan pendidikan.
3. Catalytic/pembaharu,
yaitu guru merupakan orang yang yang mampu menciptakan suatu pembaharuan bagi
membuat suatu hal yang baik.
4. Ahli
psikologi perkembangan, yaitu guru adalah seorang yang memahami tentang
berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan
tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya.
Daftar
Pustaka
Yuska,
Burhanudin. 1998. Administrasi Pendidikan.
Bandung: CV Pustaka Setia.
Sutomo.
2007. Manajement Sekolah. Semarang :
UNNES PRESS