Sabtu, 30 April 2011

PENDEKATAN REALITA


A.  Konsep Dasar
Manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang memiliki kebutuhan dasar dan dalam kehidupannya mereka berusaha memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan dasar manusia meliputi kebutuhan bertahan hidup (survival), mencintai dan dicintai (love and belonging), kekuasaan atau prestasi (power or achievement), kebebasan atau kemerdekaan (freedom or independence), dan kesenangan (fun) (Corey, 2005). Glesser (2000) meyakini bahwa di antara kebutuhan dasar tersebut kebutuhan mencintai dan dicintai merupakan yang utama dan paling sukar pemenuhannya.
Keberhasilan individu dalam memenuhi kebutuhan dasarnya akan memberikan identitas berhasil pada dirinya, sedangkan kegagalan akan pemenuhan kebutuhan dasar menyebabkan individu mengembangkan identitas gagal (Rasjidan, 1994). Individu yang memiliki identitas berhasil akan menjalankan kehidupannya sesuai dengan prinsip 3 R, yaitu right, responsibility, dan reality (Ramli, 1994). Right merupakan nilai atau norma patokan sebagai pembanding untuk menentukan apakah suatu perilaku benar atau salah. Responsibility merupakan kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya tanpa mengganggu hak-hak orang lain. Reality merupakan kesediaan individu untuk menerima konsekuensi logis dan alamiah dari suatu perilaku.
Individu, dalam kehidupan sehari-hari, tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara langsung. Individu berusaha melakukan sesuatu yang dapat membuat mereka merasa nyaman. Hal ini yang disebut “kehidupan yang berkualitas” (quality world). Dunia yang berkualitas merupakan “surga pribadi” yang diharapkan setiap individu. Jadi bisa diartikan Quality World adalah cara pandang yang unik untuk memenuhi kebutuhan. Kehidupan yang berkualitas didasarkan atas kebutuhan dasar, tetapi dunia yang berkualitas berbeda dengan kebutuhan. Dunia yang berkualitas bersifat umum, sedangkan dunia yang berkualitas bersifat khusus. Agar individu dapat memperoleh dunia yang berkualitas dengan baik maka individu harus berhubugan dengan orang lain; yakni orang-orang yang dekat dengan kita dan nyaman bila didekatnya.
Teori ini dikembangkan oleh William Glasser, ia mengembangkan teori ini  karena ia merasa ketidakpuasan dari terapi tradisional (psikoanalisis) dilakukan berulang, harus bertemu, dilakukan analisis-analisis dan lain - lain. Pendekatan realita secara umum bertujuan untuk membantu individu mengubah perilakunya sehingga ia dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara bertanggungjawab. Pendekatan ini berkembang karena kepraktisannya, mudah dipahami dan tidak memerlukan pengetahuan tentang diagnosis dan psikopatologi. Terapi ini difokuskan pada tingkah laku sekarang. Konselor berfungsi sebagai guru dan model serta mengonfrontasikan klien dengan cara-cara yang bias membantu klien menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan dasar tanpa merugikan diri sendiri dan orang lain.
Menurut Glasser praktik-praktik pelaksanaan pendidikan disekolah yang meningkatkan rasa gagal pada diri siswa perlu dikembangkan kolaborasi, meniadakan hukuman. Glasser mengembangkan, merevisi dan memperjelas teorinya  membuahkan “Choice Theory” (teori pilihan). Manusia terlahir dengan lima kebutuhan  penuh dengan kebutuhan dasar, yaitu :
1.      Kebutuhan untuk bertahan hidup
2.      Kebutuhan cinta/kasih saying dan saling memiliki saling membutuhkan kebutuhan yang paling sulit dipenuhi
3.      Kekuasaan dan prestasi
4.      Kebutuhan untuk bebas dan mandiri
5.      Kebutuhan akan kesenangan
  Teori Pilihan digunakan utuk membantu konseli mencapai kebutuhannya, kesenangannya tanpa        mengguanakan orang lain.
Glasser meyak ini dari kebutuhan diatas yang paling esensial adalah kebutuhan “mencintai dan memiliki”, karena setiap orang saling membutuhkan orang lain untuk memuaskan kebutuhan lainnya. Choice theory menjelaskan bahwa individu tidak memuaskan kebutuhan secara langsung namun dibutuhkan percobaan-percobaan yang diulang-ulang/ usaha yang terus dicoba untuk terus mengetahui apa saja yang kita lakukan yang membuat kita merasa sangat baik disimpan dalam  “Quality World”  berisi tentang hal-hal yang diidam-idamkan individu.
Menurut Teori ini permasalahan individu disebabkan ketidakpuasan individu untuk membina hubungan yang dekat dengan orang lain, bila individu tidak dapat membina hubungan dengan orang lain maka ia tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya.
Semakin klien dapat berhubungan dengan orang lain, maka ia akan memperoleh probabilitas/ kemungkinan pemenuhan kebutuhan dasar dapat diperoleh.
Teori pilihan menjelaskan bahwa “segala sesuatu yang kita lakukan adalah pilihan kita”. Apa yang kita lakukan adalah kita yang memilih/ memutuskannya untuk melakukan hal tersebut segala yang kita lakukan adalah keputusan sendiri. Setiap perilaku kita merupakan upaya terbaik untuk mencapai apa yang diinginkan untuk memuaskan kebutuhan kita. Setiap pillihan akan diterjemahkan dalam total behavior.
Setiap perilaku manusia tidak cukup dilihat dari satu sisi, namun harus dilihat secara utuh (total behavior) kita terdiri dari empat komponen yang tidak dapat dipisahkan tetapi berbeda:
1.      Bertindak
2.       Berfikir
3.       Merasa
4.      Fisiologis / jasmani/ badani
Setiap perilaku pasti bertujuan karena perilaku itu dirancang untuk menutup kesenjangan antara apa yang kita inginkan dan apa yang kita persepsi kita dapati. Setiap perilaku individu berasalh dari individu itu sendiri dan dengan demikian individulah yang memilih arah hidupnya sendiri. Dengan demikian bahwa setiap perilaku bahkan setiap perilaku yang sangat malasuaipun adalah individu sendiri yang memilih/ memutuskan. Dalam berperilaku, sebenarnya setiap individu berperilaku untuk mencapai dunia berkualitas atau quality world:
-          Orang dapat saja berada dalam situasi yang sama, tetapi dengan padangan yang berbeda.
-          Pendekatan konseling realita memandang bahwa setiap manusia memiliki carfa pandang yang unik, tentang kondisi terpenuhinya kebutuhan (Quality World)
-          Ketika “Quality World” terpenuhi maka akan tumbuh “Quality World” yang baru
-          Tiga unsure dunia berkualitas = orang / berkaitan dengan orang lain (people), pengalaman (experience), dan ide atau system keyakinan (idea or system of belief)
-          Implikasi  dunia berkualitas dalam konseling :
a.       Konselor perlu memahami dunia berkualitas konseli secara tepat => akurat
b.      Konselor membantu konseli memilih cara tahapan secara efektif untuk memenuhinya
Ø  3 perilaku tidak efektif menurut Glasser (Choic Theory) :
a.       Mengeluh
b.      Menyalahkan
c.       Suka mengritik
ü  Quality Word = membayangkan hal-hal yang ingin diharapkan tercapai, ex= nilai “A”, sukses
A.  Hakekat Manusia
  1. Manusia terlahir dengan kebutuhan dasar
  2. Sumber tindakan pada suatu peristiwa, perbedaan antara apa yang diinginkan dengan persepsi tentang apa yang diperloeh, adanya lesenjangan antara keinginan dan apa yang diperoleh.
  3. Perilaku dibentuk atas total behavior (thinking, feeling, acting & psikology).
  4. Perilaku dari dalam diri, karenya harus bertanggung jawab
  5. Manusia melihat dunia melalui system perceptual
Ø  Kebutuhan mencintai & dicintai paling sulit dipenuhi karena paling rentan menimbulkan konflik dalam pemenuhannya => memiliki beberapa hal untuk dipilih.
Ø  Kebutuhan selalu menuntut individu untuk memenuhinya 
Ø  Bentuk pemenuhan kebutuhan akan membentuk identitas/ pola (identitas, gagal, berhasil)
Ø  Criteria identitas : 3 R = Responsibilty, Reality, & Right
Pola pemenuhan kebutuhan yang selaras dengan 3R membentuk identitas berhasil, demikian sebaliknya.
B.  Pandangan Tentang Pribadi Sehat
  1. Konseling reality menekankan pilihan-pilihan pada setiap situasi individu memiliki kemampuan membuat pilihan dan mempertanggung jawabkan berhasil.
  2. Status kesehatan mental individu dapat dilihat dalam tahapan yang dialaminya, yaitu:
1)      Tahapan Kemunduran/ Regresive Stage, dibagi menjadi 3 :
1.      “Saya Menyerah” (1 give up).
2.      Simptom-simptom (-), pada perlikau menyeluruh
3.      Kecanduan negative = individu mengulang-ulang perilaku yang tidak efektif dan destruktif dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
2)      Tahapan positif (progress stage) terjadi 3 tahap:
1.      “Saya akan melakukannya”.
“Saya ingin berkembang”
“Saya berkomitmen untuk berubah”
2.      Simpton-simpton positif, pada perilaku menyeluruh
3.      Kecanduan positif = ditandai dengan perasaan berharga pada diri sendiri (self worth), konstruktif dan kepuasan terhadap pencapaian diri sendiri.

C.  Proses Konseling
     1.    Tujuan Konseling
Tujuan utama pendekatan konseling ini untuk membantu menghubungkan (connect) atau menghubungkan ulang (reconnected) klien dengan orang lain yang mereka pilih untuk mendasari kualitas hidupnya. Di samping itu, konseling realitas juga bertujuan untuk membantu klien belajar memenuhi kebutuhannya dengan cara yang lebih baik, yang meliputi kebutuhan mencintai dan dicintai, kekuasaan atau berprestasi, kebebasan atau independensi, serta kebutuhan untuk senang. Sehingga mereka mampu mengembangkan identitas berhasil (success identity)
     2.    Peranan Konselor
    Peranan konseling dalam konseling realitas adalah:
a.                           Mengembangkan kondisi fasilitatif dalam konseling dan hubungan baik dengan klien
b.                          Mengajarkan klien untuk mengevaluasi perilakunya, misalnya dengan bertanya,
              “Apakah perilaku Anda    (atau nama) saat ini membantu Anda untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan Anda?
c.                           Menyampaikan dan meyakinkan kepada klien bahwa seburuk apapun suatu kondisi masih ada harapan
1.                      Pengalaman Klien
a.                      Klien memusatkan pada perilaku
b.                      Klien mengevaluasi perilakunya sendiri
c.                       Klien membuat pilihan

3.    Hubungan Klien dan Konselor
Konseling realitas didasarkan pada hubungan pribadi dan keterlibatan antara konselor dengan klien. Oleh karena itu konselor harus menunjukkan kualitas pribadinya, yang meliputi kehangatan, pemahaman atau empati, kongruen, pemahaman, terbuka, penghargaan terhadap klien,
Dijelaskan Wobbolding dengan dikronim A-X
A         = Attending, 3V + B (visual, voice) verbal tracking, body language)
B          = AB – CDEFG
·         Sopan (Courteous)
·         Meyakini bahwa selalu ada harapan (Determined that there is hape for Improvemount)
·         Antusias
·         Tegas
C              = Suspend judgment, jangan terburu/ menunda menjuds/ menilai seseorang
D              = Do unexpected, melakukan hal yang belum pernah dibayangkan/ pemberian cara pandang baru yang belum dipikirkan klien 
E              = Use humor, dalam konseling dapat menggunakan humor, bukan humor komedi (menertawakan kelemahan orang lain) tapi kalau bisa konselilah yang menertawakan kehidupan/ hal yang dilakukannya sendiri
F              = Establish Boundaries, membangun ikatan/ kemistri, tetapi bukan transferensi
G              = Share yourself, mampu berbagi pengalamn antara konselor dan konseli
H              = Listen to Metaphore, konselor harus peka terhadap metaphore dari konseli
I               = Listen to theme, mendengar tema-tema daro konseli
J               = Summarize and focus, menyimpulkan tema-tema yang akan menjadi focus perhatian (summary & Lead)
K              = Allow or Impuse Consequence, klien mampu melihat konsekuen dari setiap tindakannya
L              = Allow silent, saat pada titik emosi tinggu bias diam
M             = Show Empaty
N              = Be Ethical, etika dalam konseling => sentuhan, pemberian kritik.
4.    Prinsip perubahan perliaku
a.         Orientasi masa kini atau sekarang.
b.        Penekanan kepada pilihan, yang dipilih, efektif atau tidak, komitmen atau tidak.
c.         Control tindakan
d.        Mementingkan hubungan, hubungan konselor dengan konseli yang dijaga dengan baik
5.    Prosedur konseling
Wubbolding menyatakan bahwa konseling realita ada 4 proses yang dilakukan, yaitu :
  1. Eksplorasi kebutuhan dan keinginan (want & need) “W”
Tiga point penting yang dilakukan dalam eksplorasi kebutuhan yaitu : (analisis kebutuhan, persepsi dan komitmen)
a)         Analisis Kebutuhan
Dilakukan untuk memahami kebutuhan dasar (5 kebutuhan dasar manusia), pertanyaan dasar untuk analisis kebutuhan :
1.        Apa yang kamu inginkan dari (ortu, atasan, teman, dll)
2.        Apa yang kamu inginkan dan kamu dapat memenuhinya?
3.        Apa yang kamu inginkan tetapi kamu tidak dapat mendapatinya?
4.        Apa yang kamu daptkan padahal kamu tidak menginginkannya?
b)        Analisis Persepsi
Dilakukan untuk memahami sudut pandang (viewpoint) konseli, apa yang dipahami dan apa yang tidak dipahami, apa yang dilihat dan apa yang tidak dilihat tentang suatu hal terkait dengan kebutuhan klien. Pertanyaan dasar untuk analisis persepsi :
-            Apa yang anda pikirkan ketika melihat anak anda menolak keinginan anda?
c)         Analisis Komitmen
Dilakukan untuk mengetahui komitmen klien dalam memenuhiukebutuhan dasarnya. Pertanyaan umum untuk analsisi komitmen :
-            Seberapa keras upaya yang anda lakukan untuk mengubah situasi saat ini ?”(atau untuk memenuhi kebutuhan anda saat ini?”)
Ada 5 tingkat komitmen, yaitu :
1.      Saya tidak ingin disini (I don’t want to be here)
2.      Saya ingin hasilnya tetapi tidak mau diusahakan
3.      Saya akan berusaha atau saya mungkin akan berusaha
4.      Saya akan berusaha sebisa saya (I will do my best)
5.      Saya akan melakukan apapun *untuk dapat memnuhi kebutuhan saya(. (I will do whatever it takes)
  1.  Eksplorasi Arah dan Tindakan (Directing & Doing) “D”
1)        Eksplorasi arah dan tindakan dilakukan untuk mengetahui apa saja yang dilakukan untuk mengetahui apa saja yang telah dilakukan klien guna mencapai kebutuhannya
2)        Hal yang dilakukan dikaitkan dengan perilaku menyeluruh (total behavior)
3)        Penekanan eksplorasi ini adalah masa kini atau masa lalu yang berkaitan dengan masalah kini. Contoh pertanyaan umum :
·           Apa yang kamu lakukan?
·           Apa yang membuatmu berhenti untuk melakukan yang kamu inginkan?
·           Apa yang kamu inginkan?
·           Apa yang akan kamu lakukan besok?
  1. Evaluasi Diri (Self Evaluation) “E”
Merupakan basis pengembangan perilaku
-          Merupakan proses inti dalam konseling realita : pembentukan perubahan perilaku.
-                                     Fokus : melihat hubungan konseli dengan orang lain dalam memnuhi kebutuhan dasarnya
-                                     Elemen dalam Evaluasi Diri :
1.      Evaluasi terhadap arah perilaku (dlirection & doing dievaluasi pertama)
2.      Evaluasi terhadap tindakan spesifik
3.      Evaluasi terhadap keinginan & kebutuhan , ex: apakah itu termasuk kebutuhan yang harus didapati?
a)      Evaluasi terhadap persepsi & sudut pandang
b)      Evaluasi terhadap tindakan baru, ex: apakah tindakan-tindakan yang akan dilakukan dapat efektif untuk memenuhi kebutuhan?
c)      Evaluasi terhadap rencana
  1. Rencana (Planning) “P”
-       Tahap ini dilakukan untuk membantu klien membuat rencana dalam rangka memenuhi kebutuhan secara efektif
-       Ciri – cirri Rencana yang dapat diterapkan :
a.       Rencana didasarkan oleh motivasi dan kemampuan klien 
b.      Rencana sederhana dan mudah dipahami
c.       Berisi runtutan tindakan positif
d.      Konselor mendorong klien melaksanakan rencana secara mandiri
e.       Dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari dan berulang
f.       Rencana berpusat pada proses, bukan hasil
g.      Sebelum diterapkan, dievaluasi terlebih dahulu realistik tidaknya/etis atau tidak
h.      Agar lebih berkomitmen, rencana dibuat dibuat tertulis dan ditandatangani konseli
Menurut Wobboding (2007), rencana yang baik memnuhi kriteria “SAMI2C3 “, yaitu :
a.         Simple                                   : Sederhana
b.        Attainable                 : Mudah dilakukan/ dicapai
c.         Measurable                : Dapat diukur
d.        Immediate                 : Segera
e.         Involved                    : terlibat penuh
f.         Controlled by planner           : Kontrol
g.        Committed                : Komitmen, bertanggungjawab
h.        Continously done      : dilakukan terus menerus

D.   Teknik Konseling
  Dapat dilakukan pada P (planning) atau D (direction & doing)
    Teknik yang dapat digunakan :
1.      Metaphor
2.      Konfrontasi
3.      Teknik paradoxical : reframing => paradoxical prescription => mengubah sudut pandang
4.      Pengembangan ketrampilan
5.      Renegoisasi
6.      Menggunakan kata kerja, ex =
-            Kemarin saya depresi (X)
-            Kemarin saya memilih depresi (V)
7.      Menggunakan role playing dengan konseli
8.      Menggunakan humor yang mendorong suasana yang segar dan relaks
9.      Tidak menjanjikan kepada konseli maaf apapun, karena terlebih dahulu diadakan perjanjian untuk melakukan perilaku tertentu yang sesuai dengan keberadaan klien.
10.  Menolong konseli untuk merumuskan perilaku tertentu yang akan dilakukannya.
11.  Membuat model-model peranan terapis sebagai guru yang lebih bersifat mendidik.
12.  Membuat batas-batas yang tegas dari struktur dan situasi terapinya
13.  Menggunakan terapi kejutan verbal atau ejekan yang pantas untuk mengkonfrontasikan konseli dengan perilakunya yang tak pantas.
14.  Ikut terlibat mencari hidup yang lebih efektif.

E.  Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Realita
      Kelebihan
a.       Jangka waktu terapi relatif pendek
b.      Berfokud pada tingkah laku sekarang
      Kekurangan
a.       Pendekatan ini tidak memberikan pendekatan yang cukup pada dinamika – dinamika tidak sadar pada masa lampau sebagai determinan dari tingkah laku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

hopefully benefit