Minggu, 13 Maret 2011

Tehnik Modeling


TEHNIK  MODELING
A.      Definisi
1.        Istilah modeling merupakan istilah umum untuk menunjukkan terjadinya proses belajar melalui pengamatan dari orang lain dan perubahan yang terjadi karenanya melalui peniruan
2.        Perry dan Furukawa (dalam Abimanyu dan Manrihu 1996) mendefinisikan modeling sebagai proses belajar melalui observasi dimana tingkah laku dari seorang individu atau kelompok, sebagai model, berperan sebagai rangsangan bagi pikiran-pikiran, sikap-sikap, atau tingkah laku sebagai bagian dari individu yang lain yang mengobservasi model yang ditampilkan.
3.        Bandura (1986, 1994) dalam Feist (2008 : 409) memberikan sedikit pernyataan mengenai modeling bahwa pemodelan melibatkan proses-proses kognitif, jadi tidak hanya meniru, lebih dari sekedar menyesuaikan diri dengan tindakan orang lain karena sudah melibatkan perepresentasian informasi secara simbolis dan menyimpannya untuk digunakan di masa depan.
4.        Teknik modeling bukan sekedar menirukan atau mengulangi apa yang dilakukan orang model (orang lain), tetapi modeling melibatkan penambahan dan atau pengurangan tingkah laku yang teramati, menggenalisir berbagai pengamatan sekalligus, melibatkan proses kognitif (Alwisol, 2009:292).
5.        Teknik modeling ini adalah suatu komponen dari suatu strategi dimana konselor menyediakan demonstrasi tentang tingkah laku yang menjadi tujuan.
B.       Tujuan
Penggunaan teknik disesuaikan dengan kebutuhan ataupun permasalahan klien. Tujuan digunakannya teknik ini beberapa diantaranya yaitu :

a.         Membantu individu mengatasi fobia, penderita ketergantungan atau kecanduan obat-obatan atau alcohol,
b.        Membantu menghadapi penderita gangguan kepribadian yang berat seperti psikosis.
c.         Untuk perolehan tingkah laku sosial yang lebih adaptif.
d.        Agar konseli bisa belajar sendiri menunjukkan perbuatan yang dikehendaki tanpa harus belajar lewat trial and error.
e.         Membantu konseli untuk merespon hal- hal yang baru.
f.         Melaksanakan tekun respon- respon yang semula terhambat/ terhalang
g.        Mengurangi respon- respon yang tidak layak
Sedangkan menurut Fauzan (2009) teknik modeling yang digunakan konselor memiliki tujuan sebagai berikut :
1)        Untuk perolehan tingkah laku sosial yang lebih adaptif.
2)        Agar Klien bisa belajar sendiri menunjukkan perbuatan yang dikehendaki tanpa harus belajar lewat trial and error.
3)        Membantu Klien untuk merespon hal- hal yang baru
4)        Melaksanakan tekun respon- respon yang semula terhambat/ terhalang
5)        Mengurangi respon- respon yang tidak layak
Menurut Willis (2004 : 78) tujuan dari modeling yaitu
a.    Menghilangkan perilaku tertentu
b.   Membentuk perilaku baru

C.       Manfaat
1.        Agar  memperoleh keterampilan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya
2.        Memberikan pengalaman belajar yang bisa dicontoh oleh konseli.
3.        Menghapus hasil belajar yang tidak adaptif.
4.        Memperoleh tingkah laku yang lebih efektif.
5.        Mengatasi gangguan-gangguan keterampilan sosial, gangguan reaksi emosional dan pengendalian diri.

D.      Prinsip
1.        Pemberian pengalaman-pengalaman belajar sebagai proses penghapusan hasil belajar yang maladaptif.
2.        Model sebagai stimulus terjadinya pikiran, sikap, dan perilaku bagi pengamat (konseli).
3.         Individu (konseli) mengamati model (tingakh laku yang nampak dan spesifik) kemudian diperkuat untuk mencontohnya.
4.         Status dan kehormatan model amat berarti, karena keberhasilan teknik ini tergantung pada persepsi konseli terhadap model yang diamati.
5.        Adegan yang lebih dari satu dapat menggambarkan situasi-situasi yang berbeda dimana tingkah laku ketegasan biasanya diperlukan (cocok).

E.       Prosedur
1.        Meminta konseli untuk memperhatikan apa yang harus ia pelajari sebelum model didemonstrasikan.
2.        Memilih model yang serupa dengan konseli dan memilih siapa yang bisa mendemonstrasikan tingkah laku yang menjadi tujuan dalam bentuk tiruan.
3.         Menyajikan demonstrasi model tersebut dalam urutan skenario yang memperkecil stress bagi konseli. Konseli bisa terlibat dalam demonstrasi perilaku ini.
4.        Meminta konseli menyimpulkan apa yang ia lihat setelah demonstrasi tersebut.
5.        Adegan yang dilakukan bisa jadi lebih dari satu.




F.        Jenis-Jenis Teknik Modeling
Menurut Willis (2004 : 78) jenis dari teknik Klienng ada 2 yaitu :
1.      Social modeling
Teknik yang membentuk perilaku baru melalui model sosial dengan cara imitasi observasi.
2.      Self Modeling
Yaitu teknik yang bertujuan menghilangkan perilaku tertentu, dimana konselor menjadi model, dan klien berjanji akan mengikuti.
Ada juga teknik Klienng modeling yang lainnya yaitu teknik Live Models (model dari kehidupan nyata), digunakan untuk menggambarkan perilaku-perilaku tertentu khususnya situasi-situasi interpersonal yang kompleks dalam bentuk percakapan sosial, interaksi dengan memecahkan masalah.
Menurut Bandura (dalam Alwisol,2009 : 292) menyatakan bahwa jenis-jenis modeling ada empat yaitu :
1.      Modeling tingkah laku baru
Melalui taknik modeling ini orang dapat memperoleh tingkah laku baru. Ini dimungkinkan karena adanya kemmapuan kognitif. Stimulasi tinngkah laku model ditransformasi menjadi gambaran mental dan symbol verbal yang dapat diingat dikemudian hari. Ketrampilan kognitif simbolik ini membuat orang mentransformasi apa yang didapat menjadi tingkah laku baru.
2.      Modeling mengubah tingkah laku lama
Dua macam dampak modeling terhadap tingkah laku lama. Pertama tingkah laku model yang diterima secara social memperkuat respon yang sudah dimiliki. Kedua, tingkah laku model yang tidak diterima secara social dapat memperkuat  atau memperlemah tingkah laku yang tidak diterima itu. Bila diberi suatu hadiah maka orang akan cenderung meniru tingkah laku itu, bila dihukum maka respon tingkah laku akan melemah.
3.      Modeling simbolik
Modeling yang berbentuk simbolik biasanya didapat dari model film atau televisi yang menyajikan contoh tingkah laku yang dapat mempengaruhi pengamatnya.
4.      Modeling kondisioning
Modeling ini banyak dipakai untuk mempelajari respon emosional. Pengamat mengobservasi model tingkah laku emosional yang mendapat penuatan. Muncul respon emosional yang sama di dalam diri pengamat, dan respon itu ditujukan ke obyek yang ada didekatnya saat dia mengamati model itu, atau yang dianggap mempunyai hubungan dengan obyek yang menjadi sasaran emosional model yang diamati.

Praktek teknik modeling yang sering digunakan konselor dapat berupa sebagai berikut :
1.      Proses Mediasi,
Yaitu proses terapeutik yang memungkinkan penyimpanan dan recall asosiasi antara stimulus dan respon dalam ingatan. Dalam prosesnya,  mediasi melibatkan empat aspek yaitu atensi, retensi, reproduksi motorik, dan insentif. Atensi pada respon model akan diretensi dalam bentuk simbolik dan diterjemahkan kembali dalam bentuk tingkah laku (reproduksi motorik) yang insentif.
2.      Live Model dan Symbolic Model
Yaitu model hidup yang diperoleh klien dari konselor atau orang lain dalam bentuk tingkah laku yang sesuai, pengaruh sikap, dan nilai-nilai keahlian kemasyarakatan. Keberadaan konselor pun dalam keseluruhan proses Klienng akan membawa pengaruh langsung (live model) baik dalam sikap yang hangat maupun dalam sikap yang dingin. Sedangkan symbolic model dapat ditunjukkan melalui film, video, dan media rekaman lainnya.
3.       Behavior Rehearsal, yaitu latihan tingkah laku dalam bentuk gladi dengan cara melakukan atau menampilkan perilaku yang mirip dengan keadaan sebenarnya. Bagi klien teknik ini sekaligus dapat dijadikan refleksi, koreksi, dan balikan  yang ia peroleh dari konselor dalam upaya mengetahui apa yang seharusnya ia lakukan dan ia katakana.
4.      Cognitive Restructuring, yaitu proses menemukan dan menilai kognisi seseorang, memahami dampak negatif pemikiran tertentu terhadap tingkah laku, dan belajar mengganti kognisi tersebut dengan pemikiran yang lebih realistic dan lebih cocok. Teknik ini dapat dilakukan dengan memberikan informasi yang korektif, belajar mengendalikan pemikiran sendiri, menghilangkan keyakinan irrasional, dan menandai kembali diri sendiri.
5.      Covert Reinforcement, yaitu teknik yang memakai imajinasi untuk menghadiahi diri sendiri. Teknik ini dapat dilangsungkan dengan meminta klien untuk memasangkan antara tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan sesuatu yang sangat negatif, dan memasangkan imaji sesuatu yang dikehendaki dengan imaji sesuatu yang ekstrim positif.

G.      Aplikasi
1.          Jika konselor hendak melaksanakan konseling dengan teknik modeling langsung, maka langkah-langkah yang hendaknya diambil antara lain:
2.         Meminta konseli untuk memperhatikan apa yang harus ia pelajari sebelum model didemonstrasikan.
3.          Memilih model yang serupa dengan konseli dan memilih siapa yang bisa mendemonstrasikan tingkah laku yang menjadi tujuan dalam bentuk tiruan.
4.         Menyajikan demonstrasi model tersebut dalam urutan skenario yang memperkecil stress bagi konseli. Konseli bisa terlibat dalam demonstrasi perilaku ini.
5.         Meminta konseli menyimpulkan apa yang ia lihat setelah demonstrasi tersebut.
6.         Adegan yang dilakukan bisa jadi lebih dari satu. Sesudah model ditampilkan, konseli dapat diminta untuk meniru memperagakan tingkah laku model itu yang paling baik konselor dapat menekankan bagian-bagian mana dari perbuatan tersebut yang penting, dan kemudian mengulang tingkah laku yang diharapkan untuk dilakukan selanjutnya. Konseli didorong untuk melakukan kembali tingkah laku tersebut. Dalam hal ini konselor memberikan balikan dengan segera dalam bentuk komentar atau saran.
Contoh sosok untuk moseling
Model
Perilaku yg dipelajari
Reproduksi
catatan
Pepeng
1.    Memiliki semangat hidup yang tinggi walau menderita penyakit Multiple Schelosis" dan ia terus berkarya walaupun menderita sakit
2.      Sosok yang pantang menerah
3.      Mudah bergayl,humoris

Klien yang memiliki keputusasaan dalam menghadapi masalah karena menderita sakit diberikan modeling dengan sosok pepeng yang merupakan salah satu pembewa acara terkenal dalam acara jari – jari. Sosok ini diberiakan untuk modeling karena semangat hidup yang tinggi serta semangat berkaryanya walau ia dalam keadaan sakit yang cukup parah. Ia juga sosok yang terkenal sehingga dalam memodeling mudah karena sosok beliau terkenal dan mudah dicari biografinya sehingga dalam memodeling klien tidak berkesulitan
Klien diberikan modeling ini dengan tujuan agar klien memiliki semangat hidup yang tinggi untuk meniru sosok pepeng.
H.      Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar proses modeling berhasil yaitu :
1.      Attention
Perlu adanya perhatian yang dipersiapkan lebih dulu, jika model kurang menarik perhatian, tidak disukai , atau klien/individu sedang mengantuk, lapar dan tidak nyaman, proses modeling terganggu karena lemahnya perhatian
2.      Retention
Kita perlu menyimpan informasi dalam ingatan dengan lebih dulu  memberikan tanda  dalam bentuk gambar atau bahasa sebagai bagian perilaku kita.
3.      Reproduction
Kemampuan mengingat kembali dan memanggil materi ingatan dari  dan menterjemahkannya dalam perilaku yang nyata. Dimulai dengan membayangkan perilaku model yang kita lakukan sendiri dalam bayangan kita yang kemudian akan membantu kita menerapkannya dalam perilaku nyata.
4.      Motivation
 Dorongan dari dalam individu dapat dipengaruhi oleh reinforcement yang dulu pernah diperoleh setelah melakukan perilaku tertentu (past reinforcement), reinforcement yang dijanjikan misal insentif (promised reinforcements) dalam bayangan kita dan  karena melihat dan mengingat reinforce yang telah diterima model (vicarious reinforcement). Menurut Bandura, punishment tidak bekerja dengan baik dan seefektif reward dalam modeling ini (Sadmoko:2010).





Daftar Pustaka
http:// Wordpress. Sadmoko, hetti. Teori Belajar Behavioristik dan Social learning diunduh pada tanggal 30 September 2010
Willis, Sofyan S. 2004. Konseling Individual teori dan praktek. Bandung : Alfabeta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

hopefully benefit