Rabu, 13 April 2011

Pendekatan Behavior


PENDEKATAN BEHAVIOR

A.       LATAR BELAKANG MUNCULNYA PENDEKATAN BEHAVIOR
Behaviorisme adalah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 dan digerakkan oleh Burrhus Frederic Skinner. Behaviorisme lahir sebagai reaksi atas psikoanalisis yang berbicara tentang alam bawah yang tidak tampak.  Behaviorisme ingin menganalisis bahwa perilaku yang tampak saja yang dapat diukur, dilukiskan dan diramalkan. Terapi perilaku ini lebih mengkonsentrasikan pada modifikasi tindakan, dan berfokus pada perilaku saat ini daripada masa lampau. Belakangan kaum behavioris lebih dikenal dengan teori belajar, karena menurut mereka, seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan ( Rakhmat, 1994:21).
Behaviorisme memandang bahwa ketika dilahirkan, pada dasarnya manusia tidak memiliki bakat apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan di sekitarnya.
Beberapa tokoh terapi perilaku yang terkenal antara lain:
a.        B. F. Skinner
Berkembang pada tahun 1953. Skinner berpendapat kepribadian terutama adalah hasil dari sejarah penguatan pribadi individu. Dasar utamanya Skinner peroleh dari analisis perilaku tikus dan merpati. Skinner menyebutkan dua pengondisian, yaitu klasik dan operan. Dalam pengondisian klasik, sebuah respon diharapkan muncul dari organism lewat satu stimulus spesifik yang telah diketahui. Sedangkan pengondisian operan adalah proses pengubahan perilaku dimana pengautan (atau penghukuman) diperlukan bagi pemunculan perilaku tertentu.
b.      Albert Bandura
Berkembang pada tahun 1977. Teori Bandura yang terkenal adalah kognitif social. Dalam teori ini Bandura meyatakan bahwa manusia cukup fleksibel dan sanggup mempelajari beragam kecakapan bersikap dan berperilaku, dan bahwa titik pembelajaran terbaik dari semua ini adalah dari pengalaman yang tak terduga (vicarious experiences). Bandura mengatakan mengatakan bahwa manusia tidak perlu mengalami atau melakukan sesuatu terlebih dahulu sebelum ia mempelajari sesuatu. Manusia dapat belajar hanya dari mengamati atau meniru perilaku orang lain.
c.        Ivan Pavlov
Pavlov adalah sorang ahli fisiologi Rusia. Teorinya didasarkan pada percobaan dengan anjingnya yang membuktikan bahwa perilaku dapat dikendalikan dengan memberikan rangsangan tertentu melalui proses yang dinamakan conditioning (pembiasaan). 
Anjing yang sudah dikondisikan untuk mendengar bel terlebih dahulu sebelum mendapatkan makanannya akan mengeluarkan air liurnya begitu mendengar bel meskipun makanan belum dating. Menurut Pavlov, hewan dan manusia pada dasarnya terdiri dari jaringan saraf dan otot yang bereaksi secara langsung jika diberi rangsangan tertentu. Dengan begitu, perilaku manusia juga dapat dikendalikan.


d.       Edward Thorndike
Thorndike mengembangkan teori koneksionisme di Amerika Serikat. Dalam melakukan eksperimennya, Thorndike menggunakan kucing sebagai binatang coba. 
Dalam eksperimen tersebut, Thorndike menghitung waktu yang dibutuhkan oleh kucing untuk dapat keluar dari kandang percobaan. Dasar dari teori ini adalah trial and error. Rata-rata kucing percobaan Thorndike mampu melepaskan diri dari kandang, namun membutuhkan waktu (latihan) untuk cepat keluar dari kandang. Berdasarkan pada percobaan yang telah dilakukan, Thorndike pada akhirnya mengemukakan tiga macam hokum belajar, yaitu hokum kesiapan (law of readiness), hukum latihan (law of exercise) dan hukum akibat (law of effect).

B.        HAKIKAT MANUSIA
Menurut Corey (2003: 198) menyatakan bahwa pendekatan behavior tidak menguraikan asumsi-asumsi filosofis tertentu tentang manusia secara langsung. Setiap manusia dipandang  memiliki kecenderungan-kecenderungan positif dan negative yang sama. Manusia pada dasarnya di dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan social budayanya. Segenap tingkahlaku manusia itu dipelajari.
Sementara itu, Winkel (2004: 420) menyatakan bahwa konseling behavioristik berpangkal pada beberapa keyakinan tentang martabat manusia, yang sebagian bersifat falsafah dan sebagian bersifat psikologis, yaitu:
1.      Manusia pada dasarnya tidak berakhlak baik atau buruk, bagus atau jelek.
2.   Manusia mampu untuk berefleksi atas tingkahlakunya sendiri, menangkap apa yang dilakukannya, dan mengatur serta mengontrol perilakunya sendiri.
3.   Manusia mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri suatu pola tingkahlaku yang baru melalui proses belajar.
4.   Manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain dan dirinya pun dipengaruhi oleh perilaku orang lain.
Berdasarkan dua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa hakikat manusia pada pandangan behavioris yaitu pada dasarnya manusia tidak memiliki bakat apapun, semua tingkahlaku manusia adalah hasil belajar. Manusia pun dapat mempengaruhi orang lain, begitu pula sebaliknya. Manusia dapat menggunakan orang lain sebagai model pembelajarannya.

C.       TUJUAN KONSELING
Tujuan-tujuan konseling menduduki suatu tempat yang amat penting dalam terapi tingkahlaku. Pada konseling behavior klien yang memutuskan tujuan-tujuan terapi yang secara spesifik ditentukan pada permulaan proses terapeutik. Menurut Corey (2003: 202) menyatakan bahwa tujuan umum terapi tingkahlaku adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. Dasar alasannya adalah segenap tingkahlaku adalah dipelajari (learned), termasuk tingkahlaku yang maladatif.
Secara umum tujuan konseling perilaku adalah antara lain :
a.    Menciptakan kondisi baru pembelajar.
b.   Menghapus tingkah laku maladaptive untuk digantikan perilaku yang adaptif.
c.    Meningkatkan personality choice.

D.       PRINSIP-PRINSIP DALAM PENDEKATAN BEHAVIOR
Adapun beberapa prinsip dalam pendekatan behavior, yakni sebagai berikut:
1.      Memodifikasi tingkah laku melalui pemberian penguatan
 Agar klien terdorong untuk merubah tingkah lakunya penguatan tersebut hendaknya mempunyai daya yang cukup kuat dan dilaksanakan secara sistematis dan nyata-nyata ditampilkan melalui tingkah laku klien.
2.      Mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laku yang tidak diinginkan
3.      Memberikan penguatan terhadap suatu respon yang akan mengakibatkan terham-batnya kemunculan tingkah laku yang tidak diinginkan
4.      Mengkondisikan pengubahan tingkah laku melalui pemberian contoh atau model (film, tape recorder, atau contoh nyata langsung)
5.      Merencanakan prosedur pemberian penguatan terhadap tingkah laku yang diinginkan dengan sistem kontrak.  

E.     TINGKAHLAKU BERMASALAH
Menurut Latipun (2008: 135) menyatakan bahwa perilaku yang bermasalah dalam pandangan behavioris dapat dimaknai sebagai perilaku atau kebiasaan-kebiasaan negative atau perilaku yang tidak tepat, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Sedangkan menurut Feist & Feist (2008: 398) menyatakan bahwa perilaku yang tidak tepat meliputi:
1.   Perilaku terlalu bersemangat yang tidak sesuai denga situasi yang dihadapi, tetapi mungkin cocok jika dilihat berdasarkan sejarah masa lalunya.
2.   Perilaku yang terlalu kaku, digunakan untuk menghindari stimuli yang tidak diinginkan terkait dengan hukuman,
3.   Perilaku yang memblokir realitas, yaitu mengabaikan begitu saja stimuli yang tidak diinginkan.
4.   Pengetahuan akan kelemahan diri yang termanifestasikan dalam respon-respon-respon menipu diri.

F.        PERAN DAN FUNGSI KONSELOR
Menurut Corey (2003: 205) menyatakan bahwa terapis tingkahlaku harus memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberian treatment, yaitu terapis menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan-pemecahan bagi masalah manusia, para kliennya. Terapis tingkah laku secara khas berfungsi sebagai guru, pengarah, ahli dalam mendiagnosis tingkahlaku yang maladatif dan dalam menentukan prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan mengarah pada tingkahlau yang baru dan adjustive.

G.       PENGALAMAN KLIEN DALAM KONSELI
Menurut Corey (2003: 208) klien harus secara aktif terlibat dalam pemilihan dan penentuan tujuan-tujuan, harus memiliki motivasi untuk berubah dan bersedia bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan terapeuttik, baik selama pertemuan-pertemuan terapi maupun di luar terapi, dalam situasi-situasi kehidupan nyata. jika klien tidak secara tidak aktif terlibat dalam proses terapeutik, maka terapi tidak akan membawa hasil-hasil yang memuaskan.

H.       TAHAP-TAHAP KONSELING
Proses konseling adalah proses belajar, konselor membantu terjadinya proses belajar tersebut. Deskripsi langkah-langkah konseling sebagai berikut :
  1. Assesment, langkah awal yang bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika perkembangan klien (untuk mengungkapkan kesuksesan dan kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya, pola hubungan interpersonal, tingkah laku penyesuaian, dan area masalahnya) Konselor mendorong klien untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu. Assesment diperlukan untuk mengidentifikasi motode atau teknik mana yang akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin diubah.
  2. Goal setting, yaitu langkah untuk merumuskan tujuan konseling. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah assessment konselor dan klien menyusun dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling. Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a.       Konselor dan klien mendifinisikan masalah yang dihadapi klien
b.      Klien mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil konseling
c.       Konselor dan klien mendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan klien :
1)      Apakah merupakan tujuan yang benar-benar dimiliki dan diinginkan klien.
2)      Apakah tujuan itu realistic
3)      Kemungkinan manfaatnya.
4)      Kemungkinan kerugiannya
5)      Konselor dan klien membuat keputusan apakahmelanjutkan konseling dengan menetapkan teknik yang akan dilaksanakan, mempertimbangkan kembali tujuan yang akan dicapai, atau melakukan referal.
  1. Technique implementation, yaitu menentukan dan melaksanakan teknik konseling yang digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan yang menjadi tujuan konseling.
  2. Evaluation termination, yaitu melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan konseling.
  3. Feedback, yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik untuk memperbaiki dan meingkatkan proses konseling.

Teknik konseling behavioral didasarkan pada penghapusan respon yang telah dipelajari (yang membentuk tingkah laku bermasalah) terhadap perangsang, dengan demikian respon-respon yang baru (sebagai tujuan konseling) akan dapat dibentuk (Mudhokhi, http://faizperjuangan. wordpress.com/2009/03/19/resume-teori-pendekatan-konseling-behavior-therapy/).

Tahap
Indikator
Assesment
a.    Mempersilahkan konseli untuk menceritakan masalahnya
b.    Mengidentifikasi perilaku bermasalah
c.    Mengklarifikasi perilaku yang bermasalah
d.   Mengidentifikasi peristiwa yang mengawali perilaku bermasalah.
e.    Mengidentifikasi perilaku yang menyertai perilaku bermasalah.
f.     Mengidentifikasi intensitas perilaku bermasalah.
g.    Mengidentifikasi perasaan konseli pada saat  menceritakan perilaku bermasalah.
h.    Merangkum pembicaraan konseli.
i.      Menentukan inti masalah
j.      Mengidentifikasi hal – hal yang menarik dalam kehidupan konseli.
k.    Memberikan motivasi pada konseli.
l.      Mengidentifikasi hubungan sosila dari konseli.
Goal Setting
a.    Mengungkapkan kembali pernyataan konseli tentang tujuan yang igin dicapai.
b.    Mempertegas tujuan yang ingin dicapai.
c.    Memberikan kepercayaan dan menyakinkan konseli bahwa konselor benar – benar ingin membantu konseli mencapai tujuan.
d.   Membantu konseli memandang masalahnnya dengan memperhatikan hambatan yang dihadapi untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.
e.    Merinci tujuan menjadi sub tujuan yang berurutan dan operasional.
Teknik Implementasi
a.    Menentukan teknik konseling yang sesuai dengan masalah konseli dan tujuan konseling.
b.    Menyusun prosedur perlakuan sesuai dengan tekhnik yang ditetapkan.
c.    Melaksanakan prosedur perlakuan sesuai dengan teknik yang ditetapkan.
d.   Melaksanakan prosedur perlakuan sesuai dengan teknik yang ditetapkan.
Evaluasi – Terminasi
a.     Menanyakan dan mengevaluasi apa yang dilakukan konseli setelah diberi treatmen.
b.     Membantu konseli mentransfer apa yang dipelajari dalam konseling ke tingkah laku konseling.
c.     Mengeksplorasi kemungkinan kebutuhan konseli tambahan.
d.    Menyimpulkan apa yang telaah dialukakn dan dikatakan konseli.
e.     Memberikan tugas- tugas yang harus dilakukan pada pertemuan selanjutnya.
f.      Mengakhiri proses konseling


I.          TEKNIK-TEKNIK KONSELING DALAM PENDEKATAN BEHAVIOR
Konseling behavioral memiliki sejumlah teknik spesifik yang digunakan untuk melakukan pengubahan perilaku berdasarkan tujuan yang hendak dicapai. Berikut beberapa teknik spesifik yang disampaikan para ahli:
1.   Latipun (2008: 141-144), menyatakan terdapat beberapa teknik spesifik dalam konseling behavior, yakni sebagai berikut:
a.       Desensitisasi sistematis, merupakan teknik relaksasi yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negative biasanya berupa kecemasan, dan ia menyertakan respon berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan.
b.      Terapi impolsif, dikembangkan berdasarkan atas asumsi bahwa seseorang yang secara berulang-ulang dihadapkan pada suatu situasi penghasil kecemasan dan konsekuensi-konsekuensi yang menakutkan ternyata tidak muncul, maka kecemasan akan menghilang.
c.       Latihan perilaku asertif, latihan asertif digunakan untuk melatih individu yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar.
d.      Pengkondisian aversi, dilakukan untuk meredakan perilaku simptopatik dengan cara menyajikan stimulus yang tidak menyenangkan (menyakitkan) sehingga perilaku yang tidak dikehendaki tersebut terhambat kemunculannya.
e.       Pembentukan perilaku model, digunakan untuk: (1) membentuk perilaku baru klien, (2) memperkuat perilaku yang sudah terbentuk.
f.       Kontrak perilaku, didasarkan atas pandangan bahwa membantu klien untuk membentuk perilaku tertentu yang diinginkan dan memperoleh ganjaran tertentu sesuai dengan kontrak yang disepakati.
2.   Corey (2007: 212), menyatakan teknik-teknik utama terapi tingkahlaku yaitu:
a.       Desensitisasi sistematik
Desensitisasi sistematik digunakan untuk menghapus tingkahlaku yang diperkuat secara negatif, dan ia menyertakan pemunculan tingkahlaku atau respons yang berlawanan dengan tingkahlaku yang hendak dihapuskan itu. 
b.      Terapi impolsif dan pembanjiran
Teknik ini terdiri atas pemunculan stimulus berkondisi secara secara berulang-ulang tanpa pemberian perkuatan.
c.       Latihan asertif
d.      Terapi aversi
e.       Pengkondisian operan
f.       Perkuatan positif
Pembentukan suatu pola tingkah laku dengan memberikan ganjaran atau perkuatan segera setelah tingkahlaku yang diharapkan muncul adalah suatu cara yang ampuh untuk mengubah tingkahlaku.
g.      Pembentukan respon
Dalam pembentukan respons, tingkahlaku sekarang secara bertahap diubah dengan memperkuat unsur-unsur kecil dari tingkahlaku baru yang diinginkan secara berturut-turut sampai mendekati tingkahlaku akhir.
h.      Perkuatan intermiten
i.        Penghapusan
Apabila suatu respon terus-menerus dibuat tanpa perkuatan, maka respons tersebut cenderung menghilang.
j.        Percontohan
Dalam percontohan, individu mengamati seorang model dan kemudian diperkuat untuk mencontoh tingkahlaku sang model.
k.      Token economy
Metode token economy dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku apabila persetujuan dan pemerkuat-pemerkuat yang tidak bisa diraba lainnya tidak memberikan pengaruh.
3.   Hendrarno, dkk (2003: 115-119), menyatakan bahwa teknik-teknik konseling di dalam pendekatan ini terdiri dari dua metode yaitu metode pengkondisian klasik dan pengkondisian operan. Berikut teknik spesifiknya:
a.       Desensitisasi sistematik, digunakan untuk menghapus tingkahlaku yang diperkuat secara negative dan ia menyertakan pemunculan tingkah laku atau respon yang berlawanan dengan tingkahlaku yang hendak dihapus itu.
b.      Latiihan asertif, merupakan latihan mempertahankan diri akibat perlakuan orang lain yang menimbulkan kecemasan.
c.       Terapi aversi, digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengganti respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut.
d.      Perkuatan positif, pembentukan suatu pola tingkahlaku dengan memberikan ganjaran atau perkuatan segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul adalah suatu cara ampuh untuk mengubah tingkahlaku.
e.       Pembentukan respon, dalam pembentukan respon tingkahlaku sekarang secara bertahap diubah dengan memperkuat unsure-unsur kecil dari tingkahlaku baru yang diinginkan secara berturut-turut sampai mendekati tingkahlaku akhir.
f.       Perkuatan intermiten, dalam menerapkan pemberian perkuatan pada pengubahan tingkahlaku, pada tahap-tahap permulaan terapis harus mengajar setiap terjadi munculnya tingkahlaku yang diinginkan.
g.      Penghapusan, apabila suatu respon terus menerus dibuat tanpa perkuatan, maka respons tersebut cenderung hilang.
h.      Imitation atau modeling, dalam percontohan individu mengamati seorang model dan kemudian diperkuat untuk mencontoh tingkahlaku seorang model.
i.        Token ekonomi, merupakan salah satu contoh dari perkuatan ekstrinsik, yang menjadikan orang-orang melakukan sesuatu untuk meraih “pemikat di ujung tongkat”.
j.        Sexual training, dipergunakan untuk menghilangkan kecemasan yang timbul akibat pergaulan dengan jenis kelamin lain.
k.      Convert sensitization, digunakan untuk merawat tingkahlaku yang menyenangkan klien tapi menyimpang, seperti homosex, alcoholism.
l.        Thought stopping, digunakan bagi klien yang sangat cemas.
        Berdasarkan tiga pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan behavioris memiliki banyak teknik spesifik yakni sebagai berikut:
1.      Desensitisasi sistematik
2.      Latihan asertif
3.      Terapi impolsif dan pembanjiran
4.      Pembentukan perilaku model
5.      Kontrak perilaku
6.      Terapi aversi
7.      Pengkondisian operan
8.      Pembentukan respon
9.      Perkuatan positif
10.  Perkuatan intermiten
11.  Penghapusan
12.  Token ekonomi
13.  Sexual training
14.  Thought stopping

J.         KETERAMPILAN DASAR KONSELING YANG MENONJOL DALAM PENDEKATAN BEHAVIOR
Identifikasi Keterampilan Dasar Konseling yang digunakan dalam pendekatan Behavioral, antara lain sebagai berikut:
1.      Opening
Mutlak digunakan untuk menyambut dan dalam pembinaan hubungan baik. Keterampilan ini dilaksanakan diawal pertemuan supaya suasana kondusif tercapai sehingga klien mersakan bebas dalam berekspresi tentang apa yang ada dalam pikiran dan perasaannya. Didalam banyak kasus yang terjadi di praktik, konselor dalam membina rapport kurang efisien, sehingga pencapaian hubungan awal yang baik belum tercapai secara tuntas. Topic netral sebagai salah satu pembinaan rapport yang bagus, kadang diisi dengan suasana pembicaraan yang sangat formal. Kebanyakan dari klien merasakan kurang bebas dalam berekspresi dikarenakan opening yang kurang efektif.
2.      Acceptance
Menurut Supriyo (2006:23), Acceptance merupakan teknik penerimaan yang digunakan oleh konselor untuk menunnjukkan mnat dan pemahaman terhadap hal-hal yang dikemukakan klien. Disini seorang konselor dituntut untuk memberikan respon secara tepat mengenai apa yang sedang dirasakan oleh klien.
3.      Lead
Merupakan ketrampilan untuk mengarahkan pembicaraan yang meluas menjadi lebih mengkerucut, sehingga konselor bisa mengidentifikasi sumber masalah bisa tepat. Seringkali terjadi klien bercerita dari satu cerita langsung loncat kecerita lain. Disinilah ketrampilan lead digunakan. Selain itu juga berkaitan dengan sifat pendekatan behavior yaitu directive.
Ada dua jenis lead yang bisa digunakan oleh konselor, yaitu lead umum dan lead khusus.
a.    Lead Umum
Menurut supriyo (2006;30) mengatakan bahwa lead umum merupakan teknik pengarahan yang memberikan kesempatan kepada klien untuk bebas mengelaborasi, mengeksplorasi, atau memberikan reaksi dari berbagai kemungkinan sesuai dengan keinginan klien
b.   Lead Khusus
Supriyo (2006;30) berpendapat bahwa teknik lead khusus adalah suatu keterampilan pengarahan kepada klien untuk membrikan suatu jawaban tertentu,

K.       APLIKASI PENDEKATAN BEHAVIOR DI SEKOLAH
Ada beberapa lingkup yang didalamnya dapat diaplikasikan pendekatan behavior. Berikut beberapa aplikasi pendekatan behavioral dalam kehidupan sehari-hari:
  1. Pendekatan behavioral dapat diaplikasikan dalam seting keluarga, berikut penerapannya:
a.       Latihan perilaku orang tua ( behavioral parent training )
Behavioral parent training menunjukkan pada pelatihan keterampilan orang tua. Terapis  membantu sebagai pendidik belajar sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk merubah respon orang tua terhadap anak-anaknya. Berubahnya respon orang tua, akan membuat perilaku anak pun berubah. Tipe ini menggunakan metode verbal dan perbuatan. Di dalam metode verbal mengandung intuksi verbal maupun tertulis. Tujuannya untuk mempengaruhi pikiran. Sedangkan metode perbuatan menggunakan teknik bermain peran ( role playing ), modelling dan latihan tingkah laku yang baik. Fokus utama pada perbaikan interaksi antara orang tua dan anak yang mengalami masalah.
b.      Terapi pernikahan / suami istri ( mariage/ couples therapies and education )
Dipelopori oleh Robert Liberman dan Richard Stuart. Empat komponen utama dalam terapi pernikahan/ suami istri:
1)      Analisis perilaku dalam masalah suami istri
Analisis ini berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh terapis terhadap pasangan, jawaban-jawaban dari angket yang diberikan, dan pengamatan terhadap perilaku keluarga.
2)      Pelatihan keterampilan berkomunikasi
Pasangan belajar menggunakan kata ‘saya’ dalam kalimat untuk mengekspresikan perasaan-perasaan mereka. Mereka belajar tentang masalah masalah “here and now “ yang mereka miliki, dan kemudian merenungkan hal-hal pada masa lalu. Selanjutnya mereka mulai menggambarkan perilaku suami/istri dengan spesifik. Di akhir latihan, pasangan dapat memberikan feedback positif terhadap perilaku pasangan.
3)      Latihan memecahkan masalah
Komponen ini melengkapi pasangan dengan keterampilan memecahkan masalah, seperti menyebutkan ( secara jelas ) apa yang mereka inginkan, Kemudian merundingkannya dengan pasangan, serta membuat kesepakatan.
4)      Treatment pada Disfungsi seksual ( treatment of sexual disfunctioning)
Digunakan untuk membantu pasangan suami istri yang mengalami gangguan pada hubungan seks mereka, yang kemudian menjadi masalah pasangan. Seperti ejakulasi dini.Treatment yang diberikan mengandung, pengurangan kecemasan terhadap penampilan mereka pendidikan seks, yang mengandung teknik-teknik dalam hubungan suami istri, latihan keterampilan dalam berkomunikasi, perubahan sikap.
c.       Terapi fungsi keluarga ( functional family therapy )
Dalam functional family therapy, pertolongan diberikan apabila hubungan interpersonal antar anggota keluarga dalam keadaan :
-          Contact/ Closeness ( Merging )
-          Anggota keluarga sama-sama bersaing di dalam keluarga.
-          Distance/ Independence ( Separating )
-          Anggota keluarga saling memisahkan diri, ada jarak diantara mereka.
  1. Pendekatan behavioral ini dapat juga diaplikasikan menuju proses pembelajaran. Hal yang tampak terlihat diantaranya sebagai berikut :
a.       Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
b.      Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.
c.       Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
d.      Materi pelajaran digunakan sistem modul.
e.       Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
f.       Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
g.      Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
h.      Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.
i.        Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
j.        Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu).
k.      Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan.
l.        Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
m.    Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
n.      Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
o.      Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks.


DAFTAR PUSTAKA

Corey, Gerald. 2003. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika.
Latipun. 2008. Psikologi Konseling. Malang: UMM Press.
Winkel, W.S. & M. M. Sri Hastuti. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
Hendrarno, E. Supriyo & Sugiyo. 2003. Bimbingan dan Konseling. Semarang: Unnes Pres.
Feist, Jess & Gregory J. Feist. 2008. Theories of Personality. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Supriyo & Mulawarman. 2006. Keterampilan Dasar Konseling (handout).

.

2 komentar:

hopefully benefit